"Oh, gini ya rasanya nikah!"
Itu respon pertama Saya setelah selesai ijab qobul
dan kami (Saya dan Mamas) masuk ke ruang rias pengantin untuk kembali
di make-up menjelang resepsi pernikahan kami 2 jam kemudian. Masih biasa
saja, tidak ada perubahan yang terlihat. Hanya saja satu pertanyaan
masih meletup-letup dalam hati Saya, "Kita sudah nikah ya, Mas?"
5 jam berlalu.
Setelah melepas segala atribut baju pengantin dari sanggul sampai
sepatu, Kami kembali kerumah Mamah Saya. Oh iya, sementara ini Kami
tinggal di rumah Mamah di Petamburan, Tanah Abang. Karena memang selain
jarak rumah Mamah ke kantor Kami lumayan dekat, Kami sekalian menabung
untuk membeli rumah.
Sesampainya di rumah
Mamah, mulai muncul perasaan aneh ketika Mamas masuk ke kamar Kami
(Kamar yang sebelumnya hanya Saya tempati sendiri), terlebih saat pintu
terkunci dan kami berdua di dalam kamar. Kami saling menatap dan
kemudian tertawa terbahak-bahak. Aneh ya, merasa sudah menikah. Masih
ada perasaan risih. hahahahhaha...
Saat itu, perasaan
saya hanya berisikan, "Mampukah Saya dan Mamas untuk saling melengkapi,
menerima segala kekurangan satu dengan yang lain, (yang tidak mau pakai handuk basah, yang tidak mau pakai sabun cair saat
mandi, yang tidak mau langsung di campur saus sambal saat makan, yang
setiap pulang harus ada teh anget manis, yang makan harus berdua duduk berdampingan, yang selalu menggantungkan baju padahal sudah harusnya diganti dan masuk ke mesin cuci)
dan merasa memiliki satu sama lain.
Hingga akhirnya bersama dengan
Mamas adalah kebahagiaan yang tidak ingin Saya tukar, sekalipun dengan
cinta pertama yang katanya tidak bisa dilupakan. Mamas mampu memenuhi
semua tempat di hati Saya, tanpa menyisakan untuk orang lain.
Tentang menjadi satu yang menggenapkan,
Tentang menjadi alasan kenapa harus selalu pulang lebih awal,
Tentang kenapa kami bersikeras berjuang untuk bisa bersama,
Tentang mimpi yang mulai kami rangkai satu-satu,
Tentang memahami bahwa hidup tidak lagi memikirkan diri sendiri,
Tentang dicintai dan mencintai,
Tentang Saya bahagia telah dinikahi Mamas.
Kenapa nggak dari dulu aja Saya meng-IYA-kan ajakan nikahnya Mamas kalau tau menikah itu enak.
Kalian tahu? Diakui
sebagai istri yang melengkapi hidupnya itu menyenangkan. Rasanya jauuuuh
di atas perasaan senangmu ketika pacarmu mengenalkan kamu ke sahabatnya
atau keluarganya. Iya, semenyenangkan itu.
10 Januari 2016