Kamis, 27 November 2014

Perihal yang membuatku mencintai malam

aku mencintai hari memalui kamu dengan secarik rindu yang kamu selipkan di awal hari.
dengan hal-hal yang kamu sebabkan menjadi ladangku menuai rindu.

Apa yang kamu cari dari malam?
aku mencari sisa-sisa yang berserakan, rindu yang tertumpah-tumpah.
padamu aku mau menjadi pesakitan yang tidak segan memutuskan nadi perempuan lain yang melahirkan tawa di bibirmu.

Rabu, 19 November 2014

isi doa yang sama

jika atap kita masih tak sama.
jika rumah yang kita sebut pulang masih tidak searah
jika pintu yang kamu buka masih berbeda dengan pintuku.
berdoa saja. 
semoga Tuhan kita yang tetap sama membuat semua serba sama nantinya.


Kepada kamu laki-laki yang akan menikahi dukaku dengan segala cinta. Yang di dadamu akan aku sebut kepulangan paling damai. Yang di lengan gagahmu akan aku sematkan segala penat hidup di luar. Yang gelombang nafasmu bisa membuat irama pengantar lelapku. Akan aku pasrahkan segala kesenangan yang aku punya di kakimu. Agar pijakanmu semakin tertanam dalam. Agar angin tak mampu menggoyang bentangmu. 

Kelak teguk aku pelan-pelan. Resapi apa yang aku berikan, segala yang aku punya. Semua tentang bagaimana bahagia bersama. Jika keadaan menghujanimu kesedihan. Kamu bisa berlari kedadaku yang lapang. Berdiamlah lebih lama dari biasanya. Detak jantungku yang lebih merdu dari detik jarum jam bisa membuatmu tak ingin keluar dari sana. Jika kamu mau lebih paham, detaknya menceritakan, aku mencintaimu dengan dalam.

Laki-laki yang akan memberikan nama belakangnya untuk anak yang keluar dari rahimku. Menemani segala musim. Merambat mataku disaat matahari membelai kita lewat jendela kamar. Aku ingin melewati semuanya denganmu. Bersiaplah atas apapun yang akan kita temui di depan. Aku percaya kamu sama seperti kamu percaya bahwa pertemuan kita yang ajaib ini sudah ada di dalam buku takdir.





Aku. 
Perempuan yang mencintaimu tanpa tapi dan jika.

 



Jumat, 14 November 2014

terima kasih, kamu :)

kamu tau? 
kenapa aku memilih kamu, karna aku bisa mencintai kamu tanpa awalan kata jika
menerimamu tanpa awalan kata tapi. 


 
penerimaan tidak selalu mudah, padahal sekedar menerima. apalagi memberi?
Tapi nyatanya denganmu aku bisa melakukan keduanya dengan mudah.
Sederet keanehan yang aku punya. Kerumitan aku dalam berfikir.
Dan beberapa hal yang orang lain bilang "duh kamu aneh banget", tapi aku belum menemukan itu di kamu, semoga saja memang tidak akan pernah. 
Beberapa hal yang mesti kamu paham. Diterima apa adanya itu menyenangkan. Perhatian kecil yang kadang orang lain lupa, tapi kamu enggak. Sama-sama suka bahkan didukung atas apa yang kita suka itu anugrah. 




Terima kasih kamu :)

Rabu, 12 November 2014

kekasihku

kepada pemilik utuh rusuk yang ada disebagian tubuhku.
kepada pemilik hati yang akan kubawa hingga mati.
kebada rencana-rencana yang melambung tinggi bersamaan asap kendaraan sore jakarta.
kepada kamu yang akan aku sebut pulang.
kekasihku


Mengingatmu saja lengkung senyumku bisa sesempurna ini. Kamu enggak perlu tahu seperti apa aku cinta sama kamu. Bagaimana aku bisa mencintai kamu. Berapa kali aku jatuh untuk tetap mencintai kamu. Itu memang tidak penting, sama sekali tidak. Yang perlu kamu tahu, aku bahagia. 

Kekasihku, seperti apapun kamu, selama kamu mau berjalan kearah yang sama denganku. Menerimaku seada-adanya aku. Aku akan seperti ini, mencintai kamu dengan cara yang tak pernah kamu bayangkan. Menjadikan kamu manusia yang sama bahagianya denganku. Mungkin sesekali aku pernah mengeluh, cuma terima kasih telah buat keluhku hilang. Aku tau, tidak mudah buatmu untuk bisa sesabar ini. Karna itu aku mencintai kamu.

Kekasihku, kadang sayapmu menyelipkan belati. Aku terluka setiap kali engkau berniat memelukku. Karna belati yang tumbuh dari kebencianmu atas masalalu ku dan duniamu dulu. Cuma luka ini enggak seberapa. Aku terlatih untuk kuat, dan aku tau, kamu punya alasan kuat untuk buatku seperti itu. Karna di depan sana, akan banyak belati yang datangnya bukan dari kita. Karna itu aku rela beberapa kali jatuh untuk tetap mencintai kamu.

Kekasihku, banyak di luar sana lelaki yang jauh lebih mapan dari mu. Menghindariku dari kesulitan, namun tidak ada yang sepertimu. Kamu mempertaruhkan waktumu untuk membuat ku melihat. Usaha itu akan terbayar lunas dengan keyakinan kita. Kamu mengajariku pentingnya sebuah proses. Luasnya sabar. Nikmatnya iklas. seperti itu aku mencintai kamu.



kekasihmu...

apa itu kesedihan?

Kali ini tak ada lagi kesedihan. Mungkin jariku sudah jengah dengan kalimat-kalimat yang menyayat dengan sendirinya. 
Padahal hati masih saja menggumamkan setumpuk kalimat. 
Cuma aku tau, itu tidak baik. 
Maka aku biarkan ia terpenjara di hati yang kuncinya telah patah.


Kesedihan itu semu. Cuma kamu yang bisa mengijinkan kesedihan itu datang menjamu hatimu dengan rasa paling pahit. Orang lain? mereka cuma perantara kesakitan yang kamu ciptakan sendiri. Jadi kalau kamu masih mengelu-elukan orang lain soal sakit yang sebenernya kamu ciptakan sendiri itu sama saja seperti penjahat. Kamu meneriaki orang lain maling padahal kamu malingnya. 

Mau sampe kapan merasa paling tersakiti? merasa paling dikhianati? 
mereka yang pergi dengan atau tanpa ijinmu memang sudah waktunya pergi, tahap belajarmu selesai. Iklaskan mereka, karna akan ada orang baru yang akan menempati hatimu. Maka bersihkanlah. Ya apa tega membiarkan orang baru itu membenahi segala porak poranda yang kamu ciptakan dihatimu? jangan kan menetap, baru sampai depan hati dia sudah muter arah untuk pindah ketempat lain. 

Pribadimu mesti menyenangkan. Bahagia itu bukan tugas orang lain. Bukan tugas pacarmu. Kalo kamu menerapkan hal seperti itu, malang sekali pacarmu nanti, harus menanggung beban untuk membuatmu bahagia. Berhenti menuntut. Berhenti berkhayal. Karna hubungan yang sehat bukan itu pondasinya. 
Bahagia itu ada di diri masing-masing. memiliki tujuan untuk bahagia sama-sama. Saling membahagiakan.

Luka itu butuh waktu untuk sembuh. Kaki yang patah, tidak bisa dipaksa langsung untuk berjalan. Tangan yang patah tidah bisa langsung disuruh menulis. Begitu pula hati. Jangan paksa orang lain untuk kamu jadikan objek penyembuhan hatimu, dia ngga tau apa-apa soal luka yang menganga itu. Cuma waktu yang bisa membuatnya sehat kembali. Nikmati saja sakitmya, agar kamu tidak melukai hati orang lain. Karna kamu tahu, rasanya terluka itu seperti apa.




selamat berbahagia. atas apa yang kamu pilih. karna hidupmu sepenuhnya tanggung jawabmu

Senin, 03 November 2014

tempat baru

memulai hidup baru mungkin dengan cara berpindah.
benar-benar baru dalam segala hal.
mengubur perihal yang akan membawamu kembali.
bukan berlari dari kenyatan
namun menyelamatkan diri.

 * * *
Setelah pembicaraan dan pelukan hangat sepanjang malam sampai pagi buta waktu itu, Binar memutuskan untuk benar-benar memulai hidup barunya. Meninggalkan Jakarta beserta isinya, termasuk kenangan bersama Abhi yang mereka habiskan hampir sewindu. Bukan pilihan yang mudah. Namun kehidupan Binar harus terus berlangsung, salah satu yang paling benar adalah pindah dan meninggalkan.

Barang yang masih menumpuk di sudut kamar, belum sempat dirapikan. Binar masih terduduk di atas sofa nyamannya. Kali ini dia memilih kota Bandung, tempat pengasingan dirinya. Jauh sebelum akhirnya benar-benar pindah ke kota ini, dia sudah memastikan bahwa tawaran kerja di kota ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Karna perjanjian masuk kerja hari pertama di kantor baru dimulai hari rabu, tepat awal bulan November.  

Ah bulan ini dimulai dengan segala hal baru, batin Binar berbicara. Movember, iya November yang movember. Aku akan memulai segala sesuatunya di bulan ini, di kota ini. Setelah terkumpul segala semangat untuk merapikan dan menata ruang di rumah barunya, Binar beranjak dari sofa kemudian mulai merapikan barang yang masih tersusun rapi di sudut ruangan itu, Ia membongkar satu kardus pertamanya. Kardus yang berisi tumpukan buku kesayangannya.

* * *
Hari ini, tepat diawal bulan November Binar meyusuri kota Bandung menuju kantor barunya. Bukan hal sulit bagi Binar. Bandung bukan kota asing baginya, sudah sering kali ia bolak-balik Jakarta-Bandung saat itu. Gedung yang ia tuju sudah terlihat jelas oleh matanya. Gedung yang menjulang tinggi, cat yang berwarna putih seakan membuat gedung ini lebih menonjol dibanding gedung-gedung disebelahnya. Binar memasuki gedung dan menghampiri resepsionis. "Permisi, saya Binar. ingin bertemu dengan Ibu Cahaya" ucapnya manis ke perempuan yang menjaga meja resepsionis itu. "Oh iya Ibu Binar, Ibu cahaya sudah menunggu ibu di ruanganya, mari saya antar" sahut lembutnya sambil tersungging senyum khas wanita bandung. Berjalan menuju lorong yang dipenuhi karyawan dengan pakaian yang tidak terlalu formal, cenderung santai dan casual. Sampai di depan ruangan yang bertuliskan HRD di pintunya, "Permisi Ibu Cahaya, ada tamu" resepsionis itu meninggalkan kami berdua di dalam ruangan yang lumayan dingin untuk baju Binar yang berlengan tipis. "Hallo Binar, saya Cahaya yang waktu itu telepon kamu untuk mengabari bahwa kamu bisa bergabung dengan kita, silakan duduk" Cahaya menyalami Binar dengan lembut, mata yang bulat dan raut muka yang yang siapapun melihat akan terus ingin menatapnya dalam. Cahaya perempuan yang kira-kira belum genap 30thn. Berpenampilan modis dan wangi. pasti ia dikelilingi banyak laki-laki, sepertinya belum menunjukan bahwa ia telah dimiliki laki-laki. Ibu manager HRD yang cantik, itu kesan pertama yang ditangkap Binar. 

Setelah diterangkan apa saja yang menjadi tugas Binar di kantor ini, dan dimana Binar akan bekerja, semua berjalan semestinya. Kali ini binar bekerja di perusahaan periklanan, tantangan baru buat dia setelah pekerjaan lamanya. Binar bekerja secara team, dan teman yang baru ia kenal hari ini bernama Satria. Memang yang bekerja disini selain harus kreatif juga yang bisa menjaga penampilannya, Satria laki-laki supel yang enak diliat dan beraroma menyegarkan. "Bin, makan siang yok. Lo belom taukan mau makan dimana? Jangan sendirian, kalo nyasar ngga lucu hahahahah" celetuknya sambil merapikan berkas kerjanya. "Lo mau ngajak gue makan dimana emang Sat?" sahut binar sambil menatap Satria yang masih sibuk memilah-milah berkas. "Deket sini kok, ngga jauh deh, yuk. Lo mau makan apa emang?" "Apa aja yang penting bisa dimakan" sahut binar yang memancing Satria ketawa semakin kencang. "Ya namanya makanan masa ngga bisa dimakan, lo mah aneh" "Hati-hati Sat, yang aneh itu yang...ah ayok deh makan, gue udah laper". Mereka melesat keluar kantor menggunakan mobil putih dan memecah kemacetan Bandung saat jam makan siang. 

Tidak ada yang bisa membuat Binar mengulang ingatannya akan Abhi, laki-laki yang telah menamkan rasa cinta. Kemudian tanpa disadari tumbuh hingga 8 tahun. Waktu yang tidak sebentar namun bukan yang seharusnya tumbuh, lebih tepatnya perasaan yang salah dengan orang yang salah. Selain email yang masuk bernamakan Abhirama Adhiyasa.
Dear Binar,
Kamu dimana? aku kekostan kata pemiliknya kamu sudah pindah. aku kekantor, katanya kamu sudah resign?
kamu pergi tanpa pamit?
setega itu kamu?


Abhirama Adhiyasa.

Membaca isi email yang dikirim Abhi tak kuasa air mata binar mengalir tanpa ditahan, sesak di dada tak terelakan. Abhi selalu punya cara buatnya kembali pulang. pulang kemasa lalu.