Selasa, 30 September 2014

nyawa yang kalian pelihara hidupnya.

Sekian puluh tahun yang lalu, ada perempuan yang mempertaruhkan sisa hidupnya dan memasrahkan di tangan laki-laki yang dia yakini akan melakukan apapun agar hidup bersamanya, menjadikan ia satu-satunya, mampu menerima segala sisi dan sisa, bahagia serta kesusahan, sehat dan sakitnya, melindungi, menghormati, merawat, dan dapat dibanggakan oleh keturunannya kelak.

Sekian puluh tahun yang lalu, ada laki-laki yang mau melepas kesenangannya, berani mengambil keputusan untuk dibebani hidupnya oleh seorang perempuan yang dia yakini akan merawatnya, menjaga kehormatannya, mendampingi dalam bahagia dan kesusahan, sehat dan sakit, cukup dan kekurangan, memelihara keturunanannya.

Sekian puluh tahun yang lalu, ada janji yang terucap atas nama Tuhan dan diamini para malaikat.

Hari ini, 1 Oktober 2014 kalian masih menggenggam janji yang sama. Masih tentang cinta, masih tentang kasih, masih tentang menjaga, masih tentang menerima, masih tentang mendampingi.

Terima kasih telah menjadi contoh yang nyata, bahwa cinta itu benar adanya.





Tertanda,




Makhluk yang kalian pelihara nyawanya.

Senin, 29 September 2014

puisi?

aku menantang batinku sendiri
menerjemahkan kamu dalam bahasa lain
ujud penghargaan hatiku untukmu

jika selama ini aku selalu melekatkan tubuh dan jiwaku dalam puisi
untuk itu aku menyadari apa itu isi.
guna menghargai huruf demi huruf yang terangkai menjadi kalimat
aku coba menahan batinku untuk tidak mengubahnya.

kamu rapalan doa yang tak pernah putus
jika jemari dan tanganku basah ketika menadah
mungkin agar Tuhan bisa menyambut doaku yang basah
membuatnya tumbuh dan nyata.

kamu kegelisahan yang tak pernah hilang
asa yang menjejal jadi perasaan

perkara menerima

perkara hal yang tidak selalu menyenangkan
perkara hal yang tidak selalu mudah
karna memang hidup tidak selalu tentang tenang, bukan?

menerima nama yang enggan kamu buang
menerima rindu yang kadang masih kamu bagi

jika punggungku tak sanggup lagi menopang penerimaan darimu,
sudikah kamu meminjamkan lututmu untuk kubebani?
menanggung penerimaan yang kadang bukan untuku utuh
menanggung sebuah nama yang entah kapan hilang

Rabu, 24 September 2014

ketika Tuhan bertepuk tangan

Jika aku masih di tangan Tuhan, aku ada disebelah kiri, kamu yang (semoga memang kamu) ada disebelah kanan tangan-Nya. Ketika Tuhan menepukan kedua tangan-Nya, pada saat itu kita dipertemukan, ketika Tuhan lagi bergembira merayakan aku menemukanmu, merayakan kita telah menggenapkan keganjilan kita. Ketika Tuhan bertepuk tangan, dengan kedua tangan-Nya kita memulai sesuatu yang baru. pernahkah kamu merasakan apa yang aku rasakan? ketika beberapa ketidak sengajaan seperti petanda memang langkahku kearahmu, memang aku yang akan kamu sebut rumah. Pertanda Tuhan memang bisa membuat kita tertawa terbahak-bahak, menertawakan yang sudah lewat, menertawakan kenaif-an kita, menertawakan jalan kita. Tapi tahu kah kamu? aku menimmati setiap pertandanya, meskipun beberapa kali lewat air yang membuncah di sudut mataku.

Selasa, 09 September 2014

-my soul- | #part1

"aku masih menyimpan segala kenangan, baik manis maupun pahit, masih tersimpan rapi. gumpalan yang mengendap ntah kapan semau dia keluar dan membawa aku balik lagi kemasa di mana dia pernah jadi penghuni satu-satunya.." lirih nia bergumam dalam hati, bertanya, kenapa dia tidak pernah dan tidak bisa hilang.
* * *

Pagi ini sama seperti pagi biasanya, selalu diawali kalimat manis nan menenangkan yang dikirim pacarku, Abhirama. hari ini dia berangkat kekantor lebih cepat dari biasanya, ada talkshow dengan seorang penulis yang memiliki kedai kopi dibilangan depok.

Messenger alert: 
Abhirama "sayang, aku berangkat duluan ya. Assalamualaikum.."
Arumnia "iya sayang, hati-hati di jalan. waalaikumsalam.."

Hari ini selain percakapan yang biasa kita lakukan, tidak ada lagi yang lebih menyenangkan. Rutinitasku yang itu-itu aja sering membuatku bosan. Dan ingin sekali menghabiskan weekdays agar weekend bisa kita lewati bersama. Tapi ntahlah, kantor ini belum membuatku bosan, meski rutinnya pekerjaan bisa sama setiap harinya.

Ketika aku sampai di kantor, tidak terlalu lama, Abhi terlebih dulu mengirimkanku pesan, bilang kalo dia sudah di dalam studio, sedang menunggu narasumbernya. Laki-laki itu selalu dan terlau bisa membuat saya mencintainya setiap hari, bertambah dan kadang berlebih. Abhirama Budiman, kamu laki-laki yang semestinya bisa menguasai hatiku dengan penuh, semestinya bisa.


Jumat, 05 September 2014

beberapa hal

beberapa hal yang mungkin salah, tapi justru ingatannya begitu melekat. seperti kita, seperti aku dan segala perasaan yang tertinggal.

seperti wewangian kamu, yang sebisa mungkin aku tandaskan di ingatanku, namun semakin tajam wanginya.
seperti lelucon garing yang sengaja kamu lontarkan hanya untuk buatku jengkel setengah mati.
seperti janjimu yang selalu lebih awal satu jam, seakan aku yang selalu terlambat.
seperti caramu memperkenalkan aku ke beberapa kerabat, dengan bangga mengenalkan nama dan siapa aku di hidupmu.
seperti caramu memesankan menu yang itu-itu aja, karna kamu tau, aku ngga mudah pindah kemenu yang lain ditempat yang sama.
seperti sabarmu ketika segala kalimatmu kubantah, kemudian kamu tersenyum ketika aku menyadari, pilihanku salah.
seperti waktu itu, ketika hujan tak kian berhenti, aku cemas karna akan sampai larut di jalan. kamu cuma menggenggam erat kemudian berkata "semua akan baik-baik aja, kamu ngga perlu khawatir", kalimat yang sama ketika kita memutuskan jalan di langkah masing-masing, menentukan arah tanpa harus berdampingan.
jika, kita tidak seatap nanti, kamu boleh berkunjung keatapku, penghuni yang pernah meminta doa untuk seatap denganmu. dan beberapa hal yang tak bisa hilang. hingga saat ini.