Senin, 03 November 2014

tempat baru

memulai hidup baru mungkin dengan cara berpindah.
benar-benar baru dalam segala hal.
mengubur perihal yang akan membawamu kembali.
bukan berlari dari kenyatan
namun menyelamatkan diri.

 * * *
Setelah pembicaraan dan pelukan hangat sepanjang malam sampai pagi buta waktu itu, Binar memutuskan untuk benar-benar memulai hidup barunya. Meninggalkan Jakarta beserta isinya, termasuk kenangan bersama Abhi yang mereka habiskan hampir sewindu. Bukan pilihan yang mudah. Namun kehidupan Binar harus terus berlangsung, salah satu yang paling benar adalah pindah dan meninggalkan.

Barang yang masih menumpuk di sudut kamar, belum sempat dirapikan. Binar masih terduduk di atas sofa nyamannya. Kali ini dia memilih kota Bandung, tempat pengasingan dirinya. Jauh sebelum akhirnya benar-benar pindah ke kota ini, dia sudah memastikan bahwa tawaran kerja di kota ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Karna perjanjian masuk kerja hari pertama di kantor baru dimulai hari rabu, tepat awal bulan November.  

Ah bulan ini dimulai dengan segala hal baru, batin Binar berbicara. Movember, iya November yang movember. Aku akan memulai segala sesuatunya di bulan ini, di kota ini. Setelah terkumpul segala semangat untuk merapikan dan menata ruang di rumah barunya, Binar beranjak dari sofa kemudian mulai merapikan barang yang masih tersusun rapi di sudut ruangan itu, Ia membongkar satu kardus pertamanya. Kardus yang berisi tumpukan buku kesayangannya.

* * *
Hari ini, tepat diawal bulan November Binar meyusuri kota Bandung menuju kantor barunya. Bukan hal sulit bagi Binar. Bandung bukan kota asing baginya, sudah sering kali ia bolak-balik Jakarta-Bandung saat itu. Gedung yang ia tuju sudah terlihat jelas oleh matanya. Gedung yang menjulang tinggi, cat yang berwarna putih seakan membuat gedung ini lebih menonjol dibanding gedung-gedung disebelahnya. Binar memasuki gedung dan menghampiri resepsionis. "Permisi, saya Binar. ingin bertemu dengan Ibu Cahaya" ucapnya manis ke perempuan yang menjaga meja resepsionis itu. "Oh iya Ibu Binar, Ibu cahaya sudah menunggu ibu di ruanganya, mari saya antar" sahut lembutnya sambil tersungging senyum khas wanita bandung. Berjalan menuju lorong yang dipenuhi karyawan dengan pakaian yang tidak terlalu formal, cenderung santai dan casual. Sampai di depan ruangan yang bertuliskan HRD di pintunya, "Permisi Ibu Cahaya, ada tamu" resepsionis itu meninggalkan kami berdua di dalam ruangan yang lumayan dingin untuk baju Binar yang berlengan tipis. "Hallo Binar, saya Cahaya yang waktu itu telepon kamu untuk mengabari bahwa kamu bisa bergabung dengan kita, silakan duduk" Cahaya menyalami Binar dengan lembut, mata yang bulat dan raut muka yang yang siapapun melihat akan terus ingin menatapnya dalam. Cahaya perempuan yang kira-kira belum genap 30thn. Berpenampilan modis dan wangi. pasti ia dikelilingi banyak laki-laki, sepertinya belum menunjukan bahwa ia telah dimiliki laki-laki. Ibu manager HRD yang cantik, itu kesan pertama yang ditangkap Binar. 

Setelah diterangkan apa saja yang menjadi tugas Binar di kantor ini, dan dimana Binar akan bekerja, semua berjalan semestinya. Kali ini binar bekerja di perusahaan periklanan, tantangan baru buat dia setelah pekerjaan lamanya. Binar bekerja secara team, dan teman yang baru ia kenal hari ini bernama Satria. Memang yang bekerja disini selain harus kreatif juga yang bisa menjaga penampilannya, Satria laki-laki supel yang enak diliat dan beraroma menyegarkan. "Bin, makan siang yok. Lo belom taukan mau makan dimana? Jangan sendirian, kalo nyasar ngga lucu hahahahah" celetuknya sambil merapikan berkas kerjanya. "Lo mau ngajak gue makan dimana emang Sat?" sahut binar sambil menatap Satria yang masih sibuk memilah-milah berkas. "Deket sini kok, ngga jauh deh, yuk. Lo mau makan apa emang?" "Apa aja yang penting bisa dimakan" sahut binar yang memancing Satria ketawa semakin kencang. "Ya namanya makanan masa ngga bisa dimakan, lo mah aneh" "Hati-hati Sat, yang aneh itu yang...ah ayok deh makan, gue udah laper". Mereka melesat keluar kantor menggunakan mobil putih dan memecah kemacetan Bandung saat jam makan siang. 

Tidak ada yang bisa membuat Binar mengulang ingatannya akan Abhi, laki-laki yang telah menamkan rasa cinta. Kemudian tanpa disadari tumbuh hingga 8 tahun. Waktu yang tidak sebentar namun bukan yang seharusnya tumbuh, lebih tepatnya perasaan yang salah dengan orang yang salah. Selain email yang masuk bernamakan Abhirama Adhiyasa.
Dear Binar,
Kamu dimana? aku kekostan kata pemiliknya kamu sudah pindah. aku kekantor, katanya kamu sudah resign?
kamu pergi tanpa pamit?
setega itu kamu?


Abhirama Adhiyasa.

Membaca isi email yang dikirim Abhi tak kuasa air mata binar mengalir tanpa ditahan, sesak di dada tak terelakan. Abhi selalu punya cara buatnya kembali pulang. pulang kemasa lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar