Kamis, 30 Oktober 2014

mencintai kehilangan

katanya, mencintai tak perlu memiliki. katanya mencintai adalah kebebasan.
mencintai yang tak pernah kita miliki, apakah masih bisa kita sebut kehilangan?

 * * *

Abhirama, masih saja bisa membuatku jatuh lebih dalam, berkali-kali sejak 8 tahun yang lalu. Berkali-kali perempuan yang dibawanya berkenalan denganku, ada yang sekedar teman jalan, ada yang hanya sekedar menemaninya menonton konser, ada pula perempuan yang dikencaninnya hanya untuk menemaninya tidur. Berkali-kali pula dia kembali merajuk bak anak kecil yang bertemu dengan ibunya. Abhirama laki-laki dewasa yang diidam-idamkan, pantas saja kamu tak kesulitan memilih teman perempuan. Abhirama Adhiyasa, lulusan arsitek di universitas negri di Jakarta. 

Blackberry Allert Message
Abhirama Adhiyasa: "Bin, di mana? Gue ke kostan lo ya sepulang kerja, temenin gue makan malem, rungsing nih, pengen ngobrol banyak sama lo"
Binar Ayuningtyas: "Ok Bhi, Gue ngga kemana-mana kok selepas kantor nanti."
Sejak 8 tahun silam, ntah apa saja yang pernah kita lewati bareng, kesenangan bahkan kesialan yang tak bisa dihitung kesepuluh jari tangan kita. Tapi cuma Abhi teman laki-laki yang tak pernah meninggalkan aku, apapun keadaanku. Tidak seperti Galang, iya Galang mantan kekasihku yang baru saja meninggalkanku karna perempuan lain. 

Anomali caffe

"Mesen apa Bin? Menu yang biasa?" seru Abhi sambil memegang menu makanan. Aku cuma mengangguk, karna memang aku tak pernah mudah berpindah menu di tempat biasa. Setelah makanan dipesan, aku mulai menyinggung ajakan Abhi untuk makan malam ini, "Kenapa lagi Bhi? Ada cewe yang ngga mau lo tinggalin lagi?". 
Abhi melongok aneh kearah ku "Kok gitu sih? Jahat banget? Gue ngajak lo kesini ya karna gue kangen, udah lama juga kita ngga ketemukan? Lo sombong sih, sok sibuk, diajak ketemunya susah" celetuk Abhi, ini biasa ia lakukan untuk menutupi persoalan yang sedang ia alami. 
"Lo yakin ngga pengen cerita sama gue? Katanya tadi pengen ngobrol" aku menjawab dengan raut muka yang sedikit menggoda Abhi.
"Ah ngobrolkan ngga harus pas gue punya masalah doang Bin, ngga asik ah", Abhi semakin merajuk, kali ini tak bisa ia sembunyikan dari mukanya yang tampan itu. Abhi, dengan segala kesempurnaan yang dia miliki, harusnya sekarang dia sudah memiliki pendamping dan keturunan yang mewakili dirinya. alasan yang sama selalu ia lontarkan, karir dan mapan, selalu itu dan itu.

* * *

Kostan Binar

Merebahkan badan karna capek kerja seharian dan pulang larut menemani Abhi selepas makan untuk minum-minum sebentar tadi membuat badanku tak karuan rasanya. mataku telanjang menatap langit-langit kamarku, menerawang jauh, apa sebenarnya yang aku cari? apa yang aku inginkan? aku perempuan karir berumur 25thn dengan pekerjaan yang sudah bisa dibilang mapan untuk berkeluarga. Namun, setiap aku berpacaran, selalu Abhi yang jadi tolak ukur laki-laki yang dekat denganku. Ah ini karna cuma Abhi yang bisa menerimaku apa adanya, Abhi yang terlalu sempurna, Abhi yang tak benar-benar pergi hampir 8 tahun ini. Abhirama Adhiyasa, laki-laki keturunan jogja asli, laki-laki yang  buatku jatuh semakin dalam berkali-kali.
 Blackberry Allert Message
Abhirama Adhiyasa: "Bin, buka pintu dong, gue di depan pintu kostan lo nih". tanpa membalas pesan singkat Abhi aku langsung membuka pintu mendapati Abhi berdiri di sana. 
"Kenapa Bhi? Ada yang ketinggalan?" 
"Gue boleh masuk sebentar Bin?" 
"Boleh." Aku melebarkan pintu agar Abhi bisa melewatiku kemudian menutupnya kembali. Abhi duduk lemas dan aku menghampirinya. 
"Bin, bulan depan gue nikah" Abhi masih tertunduk lemas, menghela napas dan melanjutkan bicaranya "Nyokap gue udah jodohin gue sama anak temennya, Dia dokter bedah. Lamaran udah dilakuin sebulan yang lalu di semarang, dan bulan depan gue akad nikah dan respsi, tapi kok gue ngga yakin ya Bin?". tersontak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Abhi, aku cuma bisa menjawab "kenapa?". Abhi memutar posisi duduknya kemudian mengarah tepat didepan ku.
"Lo sadar ngga sih kalo kita sebenernya saling sayang? seringnya gue gonta ganti cewe ya ujung-ujungnya ke lo lagi. Lo juga, mau pacaran sama Galang, yang dicari tetep gue, apa cuma gue doang yang ngerasain?". 
Kali ni ngga kalah hebatnya, Abhi berhasil membuat air mataku turun tanpa bisa dihentikan, 
"gue juga pernah mikir kaya gitu Bhi, gue takut keilangan lo bahkan sebelum gue milikin lo, gue takut Bhi". Berusaha untuk tidak terlihat cuma semakin terlihat, perlahan aku merasakan dekapan Abhi yang hangat, wangi parfume yang tak pernah ganti semenjak 8 tahun silam. Abhirama Adhiyasa, laki-laki yang menguasai hatiku tanpa pernah aku miliki.
* * *

2 komentar: