Rabu, 27 Mei 2015

Mini orgasme seorang Arief Budiman

Arief Budiman.

Laki-laki biasa saja, jauh dari kata sempurna. Cenderung dominan dan ingin sekali didengar.
Laki-laki biasa saja. Dia bukan laki-laki dari yang dilimpahi kemewahan dan bukan pula dihimpit kesusahan.
iya, Dia biasa-biasa saja.

Mencari yang lebih darinya bukan pekerjaan sulit.
Tetapi untuk mencari yang membuat nyaman lebih darinya, itu pekerjaan lain.

Setelah dengan Dia, Saya sadar bahwa konsep tentang jodoh akan berubah pada waktunya. Bukan melulu tentang pertemuan untuk pergi kesebuah mall dan menghabiskan hari libur di luar rumah seharian. Sebuah keberanian membicarakan soal masa depan dan membiarkan Dia meminta Saya di depan Orang tua Saya. Konsep jodoh tidak serumit itu ternyata.

Sebelum dengan Dia, Saya membiarkan beberapa laki-laki hadir dan singgah di dalam hati Saya yang hancur, dan membiarkan mereka pergi jika tidak betah berdiam lama di sana. Silih berganti setiap tahun, bahkan hitungan bulan. Saat itu, yang Saya fikirkan adalah, yang penting ketika Saya ingin kesuatu tempat, ada temannya.

Berdasarkan pengalaman tersebut, Saya menarik garis tegas apa yang membuat Saya berhenti mencari, dan siap membicarakan tentang masa depan.

Ternyata yang selama ini hilang adalah kebutuhan untuk berfikir tentang hal-hal yang baru, membicarakan apapun bahkan tentang masa lampau dan masa depan. Mampu mematahkan apa yang Saya mau bukan yang Saya butuh, mampu membelokan pemikiran salah yang cenderung membuat Saya jauh lebih pesimis. Dia mampu membuat Saya berfikir dari dua posisi yang berlawanan. Sebuah mini orgasme yang selama ini hilang ketika Saya bersama yang lain. Sebuah pilihan ketika Saya tak mau lagi mencari selain Dia. Semudah itu, sesederhana itu.

Seseorang yang mampu membuat Saya ingin segera bertemu lagi dan lagi thanya untuk membicarakan hal-hal yang kadang tidak penting untuk orang lain. Menertawakan kesulitan Kami dan menyadarkan Saya bahwa hidup sebenarnya mudah. Pikiran manusia yang membuatnya rumit. Seseorang yang kehadirannya membangkitkan hasrat saya berbicara dan berfikir lebih dari sebelumnya, dibanding berpelukan dan berciuman mesra bertukar air liur.

Seorang laki-laki yang Saya jaga kehormatannya setelah Papah.

dengan cinta,
Resti Kristina.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar